Jumat, 14 Oktober 2011


Urutan Kualitas Pendidikan Indonesia Di Mata Dunia Dari 1997-2007
Tahun 1997 – 2007 (World Competitiveness Year Book)
Menurut hasil survei World Competitiveness Year Book dari tahun 1997 sampai tahun 2007 pendidikan Indonesia berada dalam urutan sebagai berikut pada tahun 1997 dari 49 negara yang diteliti Indonesia berada di urutan 39. Pada tahun 1999, dari 47 negara yang disurvei Indonesia berada pada urutan 46. Tahun 2002 dari 49 negara Indonesia berada pada urutan 47 dan pada tahun 2007 dari 55 negara yang disurvei, Indonesia menempati urutan yang ke 53.
Tahun 2000
Sementara hasil penelitian program pembangunan PBB (UNDP) tahun 2000 menunjukkan kualitas SDM Indonesia berada pada urutan 109 dari 174 negara, jauh dibandingkan dengan negara tetangga Singapura (24), Malaysia (61),Thailand (76) dan Philipina (77).
Tahun 2001
Berdasarkan data hasil penelitian di Singapura (September 2001) menempatkan sistem pendidikan nasional pada urutan 12 dari 12 negara Asia bahkan lebih rendah dari Vietnam. Sementara hasil penelitian program pembangunan PBB (UNDP) tahun 2000 menunjukkan kualitas SDM Indonesia berada pada urutan 109 dari 174 negara, jauh dibandingkan dengan negara tetangga Singapura (24), Malaysia (61),Thailand (76) dan Philipina (77).
Tahun 2005
Posisi Indonesia menduduki peringkat 10 dari 14 negara berkembang di kawasan Asia Pasifik. Duh! Peringkat ini dilansir dari laporan monitoring global yang dikeluarkan lembaga PBB, Unesco. Penelitian terhadap kualitas pendidikan dasar ini dilakukan oleh Asian South Pacific Beurau of Adult Education (ASPBAE) dan Global Campaign for Education. Studi dilakukan di 14 negara pada bulan Maret-Juni 2005. Laporan ini dipublikasikan pada 24 Juni lalu. Rangking pertama diduduki Thailand, kemudian disusul Malaysia, Sri Langka, Filipina, Cina, Vietnam, Bangladesh, Kamboja, India, Indonesia, Nepal, Papua Nugini, Kep. Solomon, dan Pakistan. Indonesia mendapat nilai 42 dari 100 dan memiliki rata-rata E. Untuk aspek penyediaan pendidikan dasar lengkap, Indonesia mendapat nilai C dan menduduki peringkat ke 7. Pada aspek aksi negara, RI memperoleh huruf mutu F pada peringkat ke 11. Sedangkan aspek kualitas input/pengajar, RI diberi nilai E dan menduduki peringkat paling buncit alias ke 14. Indonesia hanya bagus pada aspek kesetaraan jender B dan kesetaraan keseluruhan yang mendapat nilai B serta mendapat peringkat 6 dan 4. “Sangat ironis karena Thailand yang mengalami krisis bisa menempatkan diri menjadi rangking satu,” ujar aktivis LSM Education Network for Justice (E-Net), M Firdaus, saat menjadi pembicara dalam seminar pendidikan mengenai laporan ini di Gedung YTKI, Jl Gatot Soebroto, Jakarta Selatan, Rabu (29/6/2005).
( Kasiannya Indonesia…. Padahal Potensi Kekayaan Tambang Indonesia No.6 Didunia, Tapi Kebijakannya  urutan 62 dari 68 Negara. Apa yang salah?)
Masih Bingung Apa YAng salah?


JUJUR, INI COPYAN

Kengerian pendidikan di Indonesia


Saya di sini sebagai siswa yang menghadapi sendiri keadaan di lapangan.


Saya merasa sitem pendidikan di Indonesia saat ini tidak membuat generasi bangsa dari negara berkembang ini manjadi maju,malah dalam akhlak menjadi semakin buruk.Pada hal ini para pelajar Indonesia ditekan dengan adanya ujian yang menentukan kelulusan.

Selain itu, sitem ujian yang menggunakan sistem pilihan ganda membuat para siswa dapat dengan mudah mendapat atau memberi tahu temannya jawaban dari pertanyaan.Di banyak kota ndi Indonesia juga menjadikan hasil dari Ujian Nasional sebagai 'tiket masuk' untuk masuk ke SMA Negeri, pada hal ini orang tua juga ingin anaknya masuk ke SMAN favorit tapi banyak juga dengan cara yang tidak benar seperti membiarkan anaknya menyontek atau bahkan membelikan anaknya kunci jawaban. Hal itu bisa saja membuat rasa percaya diri anak hilang. Saya rasa, anak yang masuk ke SMAN favorit tetapi tidak memiliki kualifikasi yang bagus akan memberatkan anak itu sendiri, karena kemampuannya yang mugkin bisa menjadi penghambat.

Pangawas ujian juga tidak kompeten, sebagai siswa yang tahu bagaimana sebenarnya suasana ujian itu, pengawas hanya memberikan kertas LJK dan soal, lalu dudk kembali tanpa mengawasi jalannya ujian.Apa itu yang disebut pengawas ujian? Saya rasa tidak, itu bisa disebut pembagi dan pengumpul LJK.

Menurut beberapa informasi yang saya dapatkan juga, ada guru-guru di beberapa sekolah yang belum berstatus baik memberikan kunci pada murid-muridnya agar murid-muridnya itu bisa mendapat nilai bagus, masuk ke SMAN favorit dan manaikkan pamor sekolah sendiri.Banyak dari siswa yang menurut saya jauh lebih pantas untuk masuk ke sekolah negeri daripada beberapa lainnya karena kerugian ini.

Menurut saya, seharusnya sistem ujian tidak lagi berupa pilihan ganda. Seharusnya juga, diadakan tes khusus untuk masuk ke SMA Negeri, seperti waktu minggu pertama untuk ke sekolah kelas 1, minggu kedua bagi siswa yang gagal masuk maka tes lagi ke sekolah kelas 3, begitu seterusnya.

Saya berharap sistem pendidikan itu dapat diperbaiki agar kualitas SDM Indonesia tidak hanya bagus nilai pelajaran tapi ahlak yang mulia juga didaptkan